Sabtu, 29 Juni 2013

Dongeng Sebelum Tidur : "Oncil Si Kancil"

Di hutan rimba, hiduplah seekor kancil kecil bernama Oncil. Oncil si kancil yang paling lincah, paling pintar dalam segala hal, ia pun mempunyai banyak teman. Teman-temanya pun selalu memujinya. Suatu hari Oncil bertemu dengan teman-temannya, Tupi si tupai, Moca si monyet dan Deri si berang-berang. Mereka berempat adalah sahabat yang selalu bermain bersama.

"Hai, semua.. Kita bermain apa hari ini?", tanya Oncil pada teman-temannya.

"Bagaimana kalau kita berpetualang mengelilingi hutan ini", jawab Tupi si tupai.

"Ide yang bagus", semua menyetujui.

Mereka berempat pun berjalan-jalan menyusuri hutan. Mulai dari pinggiran sungai sampai ke atas bukit. Di sungai mereka bertemu Pak Coco si buaya dan ibu Ducky si bebek. Semuanya tersenyum kepada empat sahabat ini. Terlihat Bubu si bangau yang berada di bawah pohon di tepi sungai terduduk menahan sakit di kakinya.

"Mengapa kamu di sini Bubu?", tanya Moca.

"Aku terjatuh tadi karena terkejut melihat Pak Coco membuka mulutnya", jawab Bubu sambil menahan sakitnya.

Bubu memang suka sekali terkejut, dan sering kali ceroboh.

"Waah.. Kasihan sekali kamu Bubu", kata Tupi.

"Dia kan memang ceroboh dan penakut, untuk apa kasihan sama dia", celetuk Oncil.

"Oncil..!! Kamu tidak boleh begitu", ujar Moca.

"Iya Oncil, Bubu kan lagi kesusahan", tambah Deri.

"Hahaha.. Biarkan saja, lebih baik kita lanjutkan misi kita, daripada melihat si bangau yang ceroboh dan penakut ini", Oncil terus meledek Bubu.

Semuanya terdiam, dan berkatalah Bubu, "iya teman-teman, aku tidak apa-apa, lebih baik kalian pergi bermain saja."

"Tuh, kan.. Ayo kita lanjutkan," kata Oncil merasa tak bersalah.

Tupi, Moca, dan Deri mengikuti Oncil. Mereka hanya terdiam melihat tingkah dan sifat Oncil. Mereka melanjutkan perjalanan menyusuri hutan rimba. Oncil yang lincah memimpin perjalanan, Oncil selalu berada di depan karena ia yang paling cepat.
Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan Vio si kura-kura.

"Hai, teman-teman.. Kalian mau kemana?", sapa Vio.

"Hai, Vio.. Kami bermain, berpetualang menyusuri hutan..", jawab Deri.

"Wah, bolehkah saya ikut?", tanya Vio.

"Hah? Ikut? Memangnya kamu bisa berjalan secepat kami? Kamu kan si lelet", Oncil mengolok Vio.

"Oncil, kamu gak boleh gitu sama Vio. Kita kan bisa berjalan sedikit santai!", ujar Tupi.

"Yasudah, kamu saja yang berjalan santai. Aku, Deri dan Moca duluan", sanggah Oncil.

"Iya, pergi sana. Dasar tukang olok", kata Tupi sedikit marah.

"Sudahlah Tupi.. Maaf ya saya membuat Tupi dan Oncil bertengkar", kata Vio.

"Tidak apa-apa, aku juga tidak suka dengan tukang olok seperti dia", tambah Tupi.

Dan berlanjutlah permainan petualangan Oncil, Deri dan Moca. Dan kali ini tanpa ada Tupi.

"Dia pikir dia siapa, tak lebih dari si tupai cerewet", gerutu Oncil.

"Sudahlah Oncil, kamu juga yang sembarangan mengejek", ujar Deri.

Oncil hanya terdiam. Oncil merasa dirinya yang paling baik, dia yang pintar, jago dan lincah sehingga dia pantas untuk merendahkan yang lainnya. Mereka bertiga terus berjalan, dan tiba-tiba mereka pun merasa lapar. Berhentilah mereka di bawah pohon apel, terlihat banyak sekali buah apel yang telah masak. Karena terlalu tinggi, Moca si monyet yang jago memanjat berinisiatif mengambil beberapa buah apel untuk dirinya, Oncil dan Deri. Mereka bertiga pun memakan buah apel itu. Saat makan, tampak Pipit si burung kecil. Pipit seekor burung yang tak bisa terbang karena cedera di sayap kirinya.

"Eh, ada Pipit si burung yang tak bisa terbang, hahahaha", seru Oncil.

Pipit terdiam dan wajahnya tampak sedih sekali karena perkataan Oncil. Merasa tidak suka dengan perkataan Oncil, Moca marah dan berkata, "Oncil! Kamu tidak boleh selalu menghina teman-teman kita yang lain.. Itu tidak baik.."

"Biar saja, aku tidak peduli.." Jawab Oncil.

"Deri, ayo kita pergi! Tinggalkan saja Moca".

"Dasar tukang olok..!!", gerutu Moca.

"Sudahlah Moca, aku tidak apa-apa. Lebih baik kita bermain daripada kamu marah-marah", kata Pipit.

"Iya Pipit, kita bermain di sana saja bersama Tupi, Vio dan Bubu," kata Moca.

"Baiklah", jawab Pipit.

Sementara itu Oncil melanjutkan permainan petualang hanya bersama Deri. Di setiap perjalanan Oncil selalu menngejek-ejek kedua sahabatnya, Tupi dan Moca. Bubu, Vio dan Pipit juga, Oncil berkata, "gara-gara mereka bertiga, dua sahabat kita hilang."

"Kamu juga sih yang salah, selalu saja mengolok yang lain..", ujar Deri.

"Jadi kamu salahin aku?", Oncil melotot.

"Iya, jelas kamu salah", jawab Deri ragu-ragu dan sedikit tersinggung dengan tatapan Oncil.

"Kamu sama saja seperti mereka, tidak setia pada sahabatnya"

"Apa maksud kamu Oncil?"

"Kamu sama seperti Tupi dan Moca, Deri..", Oncil geram.

"Yasudah, aku pergi saja. Aku tak suka bermain dengan kamu lagi", ucap Deri.

"Iya, pergi saja sana! Aku bisa bermain sendiri", ucap Oncil marah.

Deri lalu pergi mencari teman-temannya yang lain. Sedangkan Oncil terus bermain petualang sendiri, di perjalanan itu Oncil masih saja suka menghina, mengejek dan menolok-olok siapa saja yang ia jumpai.
Akhirnya, tidak ada yang mau bermain dengan Oncil bahkan tidak ada lagi yang mau menyapanya. Oncil mulai gelisah karena selalu bermain sendiri.

Berkatalah si Oncil, "ternyata bermain sendiri sangat membosankan."

"Aku ikut bermain sajalah dengan mereka, pasti mereka mau karena mereka selalu berbuat salah padaku", pikir Oncil.

Oncil pun berlari menghampiri teman-temannya. Ada Tupi, Moca, Deri, Bubu, Vio dan Pipit. Ada juga, bu Ducky, Pak Coco dan Pak Ody si burung hantu.

"Hai semua, aku ikut main ya", sapa Oncil.

"Bermain? Kami tidak suka bermain dengan pengolok seperti kamu Oncil..!", ucap Tupi.

"Aku tidak pernah mengolok, itukan kenyataan..", Oncil membela diri.

"Tetap saja kamu selalu merendahkan kekurangan orang lain, kamu bukan teman kami lagi", Moca menambahkan.

"Tapi itu kan...."

"Sudahlah Oncil, meminta maaflah pada teman-temanmu", ujar Pak Coco.

"Tapi.. Tapi.. Ta.. Tapii..", ucap Oncil terputus.

"Oncil, kekurangan orang lain itu bisa menjadi kelebihan yang tidak kita miliki. Sehingga tidak boleh kita mengoloknya.", nasehat Pak Ody.

"Itu benar sayang. Meminta maaflah pada teman-temanmu, sikap mengejek, mengolok itu tidak baik dan teman-temanmu jadi menjauh", tambah Bu Ducky.

"Iyaa.. Maafkan aku teman-teman aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi", ucap Oncil.

"Maafkan aku yaa Bubu, Vio, Pipit dan teman-teman ku semua", tambahnya.

"Iya Oncil, tidak apa-apa, kami semua memaafkan kamu asalkan kamu tidak mengulanginya lagi", ucap Vio.

"Memaafkan Oncil? Tapi pasti nanti dia mengulanginya lagi", Tupi tidak percaya.

"Tupi, kita hidup harus saling memaafkan, terutama terhadap kesalahan teman kita. Karena setiap diri kita pasti pernah melakukan kesalahan", nasehat Pak Ody lagi.

"Emm.. Baiklah, aku memaafkan Oncil tapi benarkan Oncil tidak mengulanginya lagi??", tanya Tupi memastikan.

"Iyaa Tupi, maafkan aku ya.. Aku benar-benar berjanji tak akan mengulanginya lagi", ucap Oncil.

"Iyaa Oncil, aku juga minta maaf kepada kamu.. Kami semua juga sudah memaafkanmu."

"Terimakasih teman-teman..."

"Sekarang mari kita bermain bersama lagi..", ajak Bubu.

"Iyaa ayoo kita bermain..", serempak semua menjawab.

Dan akhirnya Oncil si kancil tidak mengulangi perbuatannya yang selalu menghina kekurangan teman-temannya. Semua hidup damai, tentram dan selalu bersenang-senang tidak ada permusuhan lagi, dan yang lebih penting semua selalu bersama.


-TAMAT-



@FaridaAisyahS

Kamis, 27 Juni 2013

»Ciri-Ciri Orang Jatuh Cinta«

1. Kamu melihat ada sesuatu yang berbeda dalam diri dia yang menarik untuk ditelusuri (observasi).
2. Merasa ada sesuatu yang menggelitik dari dalam diri kita (perasaan tak menentu).
3. Suka senyum-senyum atau ketawa-ketawa sendiri nggak jelas mengingat dia (cinta gila, hahaha).
4. Suka curi-curi pandang ke arah target (si dia lah pokoknya).
5. Kalau dia lagi ngeliat ke arah kita, jantung rasanya kayak mau copot (deg-deg an gitu).
6. Salah tingkah di depan dia (gelagapan lah).
7. Nggak sadar suka mempermalukan diri sendiri (jaim berlebihan).
8. Berkeliaran di dekat dia terusss (pengennya liat aktivitas dia gitu).
9. Suka ngelamun (ayam tetangga mati-_-).
10. Mengkhayal yang indah-indah tentang kamu dan dia (biasanya sih duduk berdua, makan, boncengan).

11. Nggak nafsu makan (berasa kenyangan mikir dia).
12. Mendadak jadi insomnia alias susah tidur (mikir trik PDKT, biasaanyaa).
13. Isi diarymu seputar dia, dia, dia, diaaaaa terusss (cewek biasaanya, kalau cowok tanya dirimu sendiri, haha).
14. Sering dengerin lagu mellow yang liriknya about love melulu (haha iya BGT).
15. Jadi care sama penampilan dan berusaha tampil keren terus di depan dia (be perfect).
16. Seneng banget ngira-ngira lewat ramalan bintang (rata2 gak sadar ramalannya salah, wahahaha).
17. Bentar-bentar ngaca (liat jerawat loh).
18. Nyari tahu segalanya tentang dia, termasuk no telpon neneknya (jiaaahh x_x).
19. Deketin sobatnya, buka akses langsung ke dia (sobatnya ntar falling in love with you, waspada!).
20. Diam2 motret dia pake HP terus kamu jadiin wallpaper (ambil foto dari FB/twitter *jamansekarang*).

21. Hobi nulis2 namanya di setiap lahan kosong yang bisa kamu coretin (ketahuan guru, diledekin 1 kelas *biasaanyaaa*).
22. Pelototin foto dia terusss (sampai mata perih, trus tidur).
23. Jadi ja’im berat kalo di deket dia (so pasti lah).
24. Badan semerbak mewangi sana sini tralala trilili (parfum sebotol sekali pakai, haha).
25. Kalo dia negur, rasanya kayak kesetrum (tegangan 220volt,-_-)
26. Bela-belain bangun pagi buat bikin bekal untuk dikasih ke dia (so sweet BGT yaah, :D maulah).
27. Nyimpenin sms dari dia (kalau udah fullmemory, bingung setengah mampus).
28. Setia nunggu dia nelpon meskipun dia nggak janji mau nelpon (ngarepin-_-).
29. Sok jual mahal kalo dideketin, tapi kalo dia nggak ada kelabakan sendiri (jiaaah .. Parah-_-).
30. Meng-iya-kan apapun maunya dia, biarpun kamunya nggak suka (calon kekasih yang baik dan penyabar, hohoho).



Sekian :D dan terimakasih.

© MuFaRiz

Minggu, 16 Juni 2013

"TAK SEJALAN" -part. 2-

* DILEMA? *


Gilang dan Silvia semakin dekat dan semakin romantis. Mereka selalu berdua saat istirahat dan pulang sekolah. Setiap hari mereka lalui bersama, saling percaya, memahami dan yang paling penting tidak mengekang hobi masing-masing.

Tapi beberapa teman-teman Silvia yang tidak tahu pasti, masih sering kali menyebutkan kalau Silvia berpacaran dengan Dico. Terlebih lagi ketika Silvia resmi berkata bahwa pacarnya kelas X.F. Bagi teman-temannya yang tahu malah sering kali mengejek, maklum Silvia dan Gilang sama-sama kecil. Dan itu pertama kalinya Silvia berpacaran di depan umum karena selama ini Silvia tak berani untuk berpacaran. Selain itu sering teman sekelas mereka berdua menukar nama. Silvia menjadi Gilang dan Gilang menjadi Silvia. Hingga karena ulah teman-temannyalah walikelas X.B dan X.F heran.

Hari ke hari mereka semakin dekat, Gilang pun semakin rajin belajar dan Silvia semakin menjaga sikap, semakin aktif di ekskulnya. Yang tak kalah penting juga, Silvia menjadi rajin membuat puisi dan cerpen sesuai suasana hatinya. Bahkan, Silvia pun membuat cerpen berdua bersama Gilang secara bergantian, cerpen itu diketik di hp Silvia terlebih dahulu karena nantinya akan di posting di blog Silvia. Awalnya cerpen itu mengisahkan tentang mereka, namun sedikit diubah dengan berbagai khayalan dan imajinasi mereka.

----------

"Sil, hp lo mana? Minjem bentar", pinta Gisya.

"Hah? Apa? Hp?", Silvia terkejut.

"Iyalah, pinjem bentar buat kacaan, trus ntar jam bahasa Inggris. Hp lo kan bisa buat translate", jelas Gisya.

"Oiya, gue lupa Sya.. Hp gue tadi, gue kasi Gilang", jawab Silvia.

"Eh, lo gimana sih. Emangnya mau ngapain dia minjem hp lo?", tanya Gisya.

"Mau lanjutin cerpen, kami kan sok romantis, buat cerpen aja berdua. Astaga!!! Gue lupa ngasi tau, cerpennya dimana, judulnya apa... Minjem hp lo Sya, bbm bbm biar cepet bilang dari dari gue ping ping banyak..", kata Silvia yang tersadar dan panik.

"Hah? Iyaiyaiya... Sabar... Apa bilang?", Gisya menenangkan.

"Bilang gini, cerpennya di memo judulnya blablabla", kata Silvia.

"Udah gue bilang, trus katanya oke iya," ujar Gisya.

"Huft, untunglah. Thanks yoo"

Gilang pun melanjutkan cerpen yang awalnya sudah dibuat Silvia. Gilang yang tak begitu menyukai mengarang dan menulis tampak begitu kesulitan. Sehingga apa yang dipikirkannya itulah yang ia tulis.

--------

Saat istirahat, Gilang mengajak Silvia makan di kantin. Mereka langsung duduk di meja nomor 16, meja langganan mereka semenjak pacaran. Gilang memesan makanan untuk mereka berdua, dan menitipkan handphonenya pada Silvia. Silvia pun minta izin untuk melihat-lihat handphone Gilang karena sedari tadi Gilang tampak asyik dengan handphonenya.

"Makanan datang...!!", Gilang kembali ke meja nomor 16 dengan membawa makanan.

"Hei, siapa ni Amelia Cahaya..??", tanya Silvia sambil membaca message di handphone Gilang.

"Hah? Siapa? Siapa??", Gilang balik bertanya, sedikit panik.

"Amelia Cahaya.. Kamu sering chat sama dia kan?", tanya Silvia penasaran.

"Eh, iya..", jawab Gilang singkat.

"Iyaa.. Dia siapa?? Adek kamu?? Tapi kamu gak pernah bilang kamu punya adek perempuan..", Silvia heran.

"Itu mantan aku, mantan tersayang", Gilang menjawab santai.

"Hah!? Apa? Mantan tersayang ya?? Iyaa deeh..", ungkap Silvia sedikit cemburu.

"Iyaa, kan mantan sayang.. Kalo pacar tetap kamulah..", kata Gilang.

Silvia hanya terdiam, dan mengembalikan handphone Gilang. Silvia berpikir, seharusnya tadi dia tak membaca chat dan message di handphone Gilang.

"Hei, kamu kenapa? Kok diem sih?", tanya Gilang.

"Eh, gpp kok", jawab Silvia.

"Ohiya, kalo kamu mau berteman sama Amel, berteman aja. Dia banyak tau tentang aku", ungkap Gilang.

"Hah?!", Silvia terkejut.

"Iyaa dia baik lagi orangnya"

Silvia hanya diam mendengan cerita Gilang tentang mantannya Amelia. Sebenarnya Silvia tak menginginkan Gilang cerita lebih banyak, entah mengapa cerita itu membuat Silvia sedih. Gilang tak menyadari bila Silvia cemburu dan sedih, ia hanya heran Silvia jadi pendiam padahal biasanya cerewet tak menentu.

Silvia mulai kehilangan selera makan, tapi tetap saja Gilang tak menyadari itu.

"Cie, yang makan berdua.. Gak ajak-ajak", Ilham datang menghampiri mereka.

"Aduh, ganggu eeh..", kata Gilang.

"Eh, tau deh yang pacaran ni tak suka diganggu, gue pergi deh...", kata Ilham.

"Eeeh, lo disini aja Ham, temani Gilang, gue mau pergi..", sela Silvi.

"Kemana yang?", tanya Gilang.

"Bentar aja..", jawab Silvi singkat.

Silvi langsung saja pergi meninggalkan Gilang dan Ilham.
Ilham yang keheranan pun bertanya pada Gilang, "eh, lo apain sih Silvia, bete ples jutek banget sama lo n gue.."

"Mana gue tau,, tadi sih gpp.. Karna lo dateng kayaknya", jawab Gilang.

"lo gimana sih, pacar lo kali gitu aja gatau, pakai dong insthink cowok lo", ujar Ilham.

"Iya deh ntar gue tanya.."

Tak lama kemudian, Silvia kembali dengan membawa novel. Kebiasaan Silvia bila bete dan badmood, dia langsung membaca novel atau komik.

"Novel baru?", tanya Ilham.

"Iya mungkin", jawab Silvia jutek.

"Kapan belinya yang? Gak ajak-ajak aku ni? Katanya kalo mau ke Gramedia sama aku??", tanya Gilang bertubi-tubi.

"Ini novel aku beli dua bulan yang lalu sama Gisya", Silvia masih jutek.

"Kamu kenapa??", tanya Gilang.

"Gpp kok", jawab Silvia berbohong.

"Eh, gue gak ikut-ikutan", kata Ilham sambil pergi mengambil jus.

"Serius ni, kenapa kok jutek?", tanya Gilang lagi.

"Hmm..."

"Bilang dong, jangan buat aku penasaran, ada yang salah sama aku??", lanjut Gilang.

"Okedeh, coba kamu pikir, kalo kamu aku sandingkan dengan mantan aku mau gak?", Silvia balik bertanya.

"Yaah, gamau lah.. Emangnya kamu mau balikan sama mantan kamu sampai-sampai kamu banding-bandingin..", Gilang heran.

"Itu yang aku rasain.. Aku ngerasa gak ada apa-apanya.. Aku tau kita baru, tapi gak mesti juga aku tanya sama Amel itu tentang kamu, lama-lama aku juga tau sendiri..", Silvia sedikit emosi.

"Yaelah yang.. Gara-gara itu.. Kirain kenapa.. Maaf deh, sekali aja ini. Gak akan aku ulangi.. Maaf yaa..", Gilang memohon maaf.

"Iyaa gpp, janji yaa, tepatin tuh, kalo gak hutang puasa tuh..", tutur Silvia.

"Iyaa Silvia ku.."

Mendengar kata-kata Gilang, senyum manis Silvia muncul kembali. Selama mereka pacaran, memang tak pernah ada masalah, sekali ada masalah cepat mereka selesaikan. Karena mereka berharap hubungan mereka langgeng. Bahkan, mereka berencana di kelas 2 mereka ingin 1 kelas.

"Hei, belum pulang ni?", tanya Gisya.

"engga Sya, ni udah pulang, udah di rumah pun", jawab Silvia.

"Heee, yang bener aja", bantah Gisya.

"Namanya juga masih di sekolah, yaa belum pulang lah Sya", jawab Gilang melanjutkan.

"Eeeh, habis makan ni kalian bertiga?? Gak ajak-ajak eeh..", celetuk Gisya.

"Eh, mereka berdua tuh yang makan gak ajak-ajak, gue cuma kesini beli jus, gataunya ada mereka", kata Ilham.

Gilang dan Silvia hanya diam.

"Iih, orang ni sok sweet kali yaa, makan berdua, gak ajak-ajak, mejanya nomor 16, PJ udah 1 bulan gak dapat-dapat", oceh Gisya.

"Iyaa yaa..", kata Ilham mengiyakan ocehan Gisya.

"Udahlah, pulang lagi.. Sil pulang sama aku kan? ayuklah.. Tinggalkan orang tak jelas ni", kata Gilang agak kesal.

"Hahahaha .. Yuk.. Babaaayy... Semuaa..", kata Silvia.

"Haiyalah", kata Gisya dan Ilham hampir serentak.

Gilang dan Silvia pun pulang, meninggalkan Gisya dan Ilham.

-------

Saat di sekolah, Silvia terlihat sibuk dengan berbagai urusan. Tugas Osis, tugas Majalah Sekolah, bahkan tugas-tugas lainnya yang menurut teman-temannya tak penting.

"Tumben gak sama Gilang..", tanya Gisya.

"Hahiyaa, siapa pacar lo Sil??", tanya Asmara.

"As, kan udah gue bilang, pacar gue anak X.F", jawab Silvia.

"Ehiya gue lupa, yang tingginya sederajat lo kan?", canda Asmara.

"Jangan dibilang-bilang juga As, hahahaha", kata Gisya.

"Hahahaha", Silvia hanya tertawa kecil.

"Mana dia?? Biasanya selalu bersama, yang jalan keliling sekolah sampai dapat anak kecil, yang selalu makan dikantin meja 16, yang ke kantor guru, yang....", oceh Gisya.

"Stooop!!!", potong Silvia.

"Dia ada tugas bahasa banyak banget sekaligus seleksi pemain sepakbola, mana mungkin gue ganggu", Silvia melanjutkan.

"Eh, kenapa gak lo bantu tugas bahasa dia, kan lo jago tuh..?", tanya Asmara.

"Lo bisa liatkan, tugas gue juga banyak, gue sih mau-mau aja ngebantu dia, tapi ntar tugas gue gimana..", jawab Silvia.

-------

Seminggu sudah Gilang dan Silvia disibukan dengan tugas sekolahnya masing-masing. Sehingga mereka tak bisa lagi berkomunikasi erat. Silvia pun mulai berpikir, selama seminggu itu apa Gilang tidak mempunyai waktu senggang, sedangkan dirinya cukup memiliki waktu senggang. Di sekolah pun, mereka jarang sekali bertemu, walaupun jarak kelas X.B dan X.F hanya 15 langkah.

"Eh, Sil, siapa pacar lo sekarang??", tanya Asmara.

"Ampun deh As, pacar gue tetap anak X.F itulah, gimana sih lo", jawab Silvia.

"Hah? Masak? Udah seminggu lo sama dia gak barengan, gue pikir udah putus.", kata Asmara santai.

"Jangan doain gitu dong, gue sama dia masih lanjut kali, doain langgeng gitu kek", Silvia menggerutu.

"Eh, gue liat dia tuh gak setia sama lo, emang ada cowok yang selama seminggu ngebiarin ceweknya gak ada ngasi kabar??", kata-kata Asmara menakuti Silvia.

"Mending lo cari cowok yang baru, cari yang lain buat cadangan..", lanjut Asmara.

"Eh, enggak ah, gue tuh masih percaya sama dia, toh gue masih bisa lihat dia di sekolah baik-baik aja", jawab Silvia.

"Lo sok sok eeh", Gisya tiba-tiba datang dan mengejutkan Silvia.

"Sial, lo buat gue terkejut", kata Silvia mengelus dada.

"Iyaa, tiba si Gilang ada cewek lain, lo pasti nangis-nangis Sil", ejek Asmara.

"Ntahlah, gue jalani aja, pusing gue, lo berdua buat gue parno.. Sial banget gue", kata Silvia yang lanjut pergi ke perpustakaan.

Di perpustakaan Silvia membaca buku kumpulan cerpen. Tapi tampaknya ia tak berkonsentrasi, pikirannya terbayang apa yang dikatakan Asmara tadi.

"Sudahlah, itukan cuma Asmara yang bilang, toh Gilang gak gitu", batin Silvia.

--------

"Kriiiiiing....... Kriiiiiiingg.......", bel pulang pun berbunyi.

Seluruh siswa berhamburan keluar kelas dan ketempat parkir untuk mengambil motornya masing-masing.

"Hoi, Sil...", tegur Dico.

"Heiya.. Apa?", tanya Silvia.

"Apa kabar lo?? Gak pulang sama Gilang??", Dico balik bertanya.

"Gue sih baik-baik aja, tapi hati gue agak gatau gimana hahahahaa.. Gue sih pulang sama Mama, gue mau shopping trus ke salon", jawab Silvia.

"Eh, katanya udah seminggu lebih gak komunikasi sama dia?? Kenapa ni?? Ada masalah??", tanya Dico.

"Lo tau dari mana?? Dia cerita sama lo??", Silvia malah balik bertanya.

"Engga tadi gue ketemu Gisya, dia yang bilang.. Ada apa diantara kalian berdua??", tanya Dico lagi.

"Gpp kok, dia kan lagi sibuk, lagian gue gamau trus-trusan diantar dia pulang, toh gue gamau juga jadi alasan untuk dia telat pulang dan gak latian sepakbola..", jawab Silvia.

"Heeey, lo tuh cewek yang baik yaa.. Hahaha", kata-kata Dico sedikit meledek.

"Eh, udah yaa, gue udah dijemput.. Babaay..", ucap Silvia sambil menaiki mobil silver orangtuanya.

"Haaiyaa, daah.. Titi DJ", balas Dico.

-------

"Eh, apa katanya??", tiba-tiba saja Gilang menghampiri Dico di parkiran.

"Lo belum pulang??", tanya Dico balik.

"Gue serius apa yang lo tanya ke pacar gue??", tanya Gilang sedikit emosi.

"Tenang bro, gue tadi cuma dikasi tau Gisya, katanya lo sama Silvia lost contact selama seminggu.", jawab Dico menenangkan.

"Oh itu, emang iya sih", kata Gilang sedikit santai.

"Emangnya kenapa gitu?? Denger-denger dia SMS-in lo, gak lo bales", kata Dico.

"Bukannya gitu,.. Lo tau kan bentar lagi ujian, entar dia ke ganggu lagi, mending diem dulu, selesai ujian, lo liat aja.. Haahahahaha", kata Gilang sambil tertawa.

"Yalah", kata Dico sambil memakai helm.

-------

"Ziiiiinnngggg......", bunyi handphone Gilang.

Email pemberitahuan dari facebook, yang isinya Silvia Putri, Amelia Cahaya, Ilham Hardi dan 72 teman lainnya mengirimkan foto, status dan tautan.

"Yaelah, isi email gue FB aja.. Ntar deh gue liat", gerutu Gilang.

Gilang pun membuka link fb yang ada di email tersebut, Gilang terkejut ternyata mantannya Amelia Cahaya mengunggah foto, jauh berbeda, Amel terlihat lebih cantik. Gilang terus memandang foto tersebut, tetapi dia memikirkan Silvia juga.
Perasaan Gilang yang dulu sepertinya telah kembali, ia bingung harus berucap kata apa pada Silvia.
Di hati Gilang kini ada dua wanita, namun sulit untuk dia memilih, karena Amel mungkin tak ingin kembali padanya, dan Silvia yang kini menjadi pacarnya, sulit untuk dilepas.

Akhirnya Gilang memilih sembunyi-sembunyi untuk menghubungi Amelia kembali. Dan membiarkan Silvia sendiri. Hati Gilang mungkin sedikit tak enak, rasa bersalah mungkin terus-terusan berada dalam dirinya. Secara tidak langsung Gilang sudah menduakan Silvia, tapi hatinya pun tak bisa ia kendalikan.




-bersambung-
@FaridaAisyahS



Selasa, 11 Juni 2013

"KENYATAAN"

Pojok hari ini
Dian hati cerlang gemerlang
Muntahkan segala kalutnya
Yang pahit,
Nyeri,
Risih,
Anyir
Di dalam hidup ini
Dian hati cerlang gemerlang
Bentakkan kehidupan
Yang hilang,
Timang,
Bindang,
Kelang
Telah nyata rasa
Kembali harapan terakar
Kendali dalam gairah
Yang gerang,
Gamblang,
Terang,
Benderang



Malang, 12 Oktober '86

Wahyudi Didik S

Minggu, 09 Juni 2013

"TAK SEJALAN" -part. 1-

* ADA CINTA.. *



Jarum jam menunjukan pukul 6.30, waktunya untuk silvia pergi ke sekolah karena hari ini hari terpenting untuk dia dan teman-teman sekelasnya. Hari ini, hari Jum'at dan setiap sekolah pasti mengadakan acara ImTaq, kali ini giliran kelas Silvia. Silvia mendapatkan tugas menjadi pembawa acara bersama Ica, karena mereka sedikit mirip dan tingginya pun sama, sehingga mereka berdua dipilih sebagai pembawa acara.

"Duh, Sil.. Deg deg an nii.. Nanti kamu deluan deh yang baca yaa..", kata Ica.

"Yaa ampuun.. Pliz deh Ca.. Gausah segitunya, kan kita berdua", ujar Silvia.

"Iyaa tapi deg deg an tau, gak biasa ni, klo kamu kan sering di depan umum.. ", lanjut Ica.

"Iya iyaa aku bakalan bantuin kamu kok, kita santai, relax gitu, jgn deg deg an muluk, klo perlu minum white coffe.. Haha", kata Silvia sambil bercanda.

"Gausah ngada ngada deh, ntar lagi bel tau", kata Ica gugup.

"Okelah kita keruangan persiapan aja deh, yuk", ajak Silvia.

"Iyaa oke, yuk", balas Ica.

Bel pun berbunyi, waktu yang ditunggu untuk penampilan kelas mereka pun tiba. Banyak sekali yang ingin ditampilkan oleh teman-teman sekelas Silvia, diantaranya Kultum atau ceramah agama, iptek, nasyid, duet, dan tentunya selalu ada kuis. Disetiap penampilan semuanya berharap sukses, tidak memperpanjang atau memperpendek durasi. Namun yang paling penting, mereka semua ingin melebihi penampilan kelas-kelas lain.

Saat acara berlangsung, tampak Gilang memperhatikan Silvia dan Ica. Dia bertanya-tanya siapa sih pembawa acara itu. Gilang pun bertanya-tanya pada teman sekelasnya Dico yang kemungkinan kenal salah satu dari mereka.

"Dic, siapa sih yang sebelah kanan itu?", tanya Gilang.

"Yang mana ni? Bingung kali.", jawab Dico.

"Gila lo, gitu doang bingung, liat tu sisi kanan sisi kiri, masih aja bingung", ujar Gilang keheranan.

"Gini aja deh, biar gampang yang pakai kacamata itu namanya Silvia sebelahnya gue kagak tau", kata Dico.

"Haiya deh", jawab Gilang.

"Gue sih kenal sama Silvia, dia dulu satu ekskul sama gue", tambah Dico.

"Serius lo? Lo kenal banget sm Silvia?", tanya Gilang.

"Iya deh sumpah. Lo naksir dia?", Dico balik tanya.

"Lo bantuin aja gue ya, gue penasaran sama tuh anak", jawab Gilang santai.

"Oke, lo cari aja FB nya Silvia Putri pasti ntar dapet juga," kata Dico.

"Yalah, ntar gue add dia. Tapi serius lo bantu", kata Gilang mendesak.

"Aman itu", kata Dico santai.

Acara ImTaq itu pun usai, semua teman sekelas Silvia bergembira karena banyak guru yang memuji penampilan mereka, terutama penampilan nasyid. Nasyid yang mereka tampilkan itu adalah neo shalawat, terdapat 7 bahasa. Beberapa guru meminta semuanya untuk terus melatih bakat-bakat tersebut agar bisa lebih baik lagi.

Saat pulang sekolah, Gilang sibuk mencari hpnya dan langsung membuka FB mencari-cari nama Silvia Putri. Tak berapa lama kemudian, muncul beberapa nama Silvia Putri. Tetapi Gilang tahu yang mana Silvia karena di FBnya, Silvia mencantumkan nama sekolah. Akun FB itupun langsung saja Gilang add, dan tak berapa lama kemudian langsung di konfirmasi oleh Silvia.
Sekejap saja Gilang langsung mengirim pesan, pastilah Silvia lagi online karena friend request langsung di confirm.

"Thanks dah confirm ya", kata Gilang ramah.

"Iya.. Sama-sama", jawab Silvia.

Dengan tersenyum bangga Gilang melanjutkan chatting tersebut.

"Anak SMAN2 ya?", tanya Gilang.

"Iya, kamu juga ya?", jawab Silvia ramah.

"Ya.. Kelas berapa ya kok aku gak pernah lihat", kata Gilang sedikit berbohong.

"Aku baru kelas 1, kelas X.B, aku yang jadi protokol ImTaq kemarin, kamu kelas berapa?", kata Silvia.

"aku juga kelas 1, tepatnya aku kelas X.F", ujar Gilang.

"Kok gak mirip ya kemarin sama foto FBnya?", tanya Gilang.

"Iya itu karna gak pakai kacamata", jawab Silvia singkat.

Begitulah perkenalan antara Silvia dengan Gilang. Esok harinya Dico menyapa Silvia, dan sering tersenyum ramah dengan Silvia. Silvia keheranan namun dia anggap hal itu biasa, tapi Silvia semakin heran karena Dico meminta nomor handphone Silvia. Silvia yang simple dengan semua keadaan langsung memberikan nomor handphonenya pada Dico tanpa berpikir ulang. Dalam hati Silvia biasa saja namanya juga teman mungkin butuh kabar-kabar karena Dico dan Silvia anggota Osis sekolah.

Sorenya ada SMS masuk di hp Silvia. Nomornya asing dan tidak tersimpan dikontak, mungkin orang iseng. Tapi waktu itu, Silvia membalas SMS tersebut. Memang aneh, hal yang dilakukan Silvia, membalas SMS orang iseng biasanya Silvia tak mau membalasnya. Mungkin akibat dari Dico yang bertanya nomor handphone.

"Ngapain lo Sil? Tampang lo kok heran gitu", tanya Esty teman Silvia yang kebetulan datang kerumah Silvia untuk belajar.

"Engga kok gak papa, cuma ada orang iseng yang SMS, mungkin sih Dico. Soalnya dia tadi tanya nomor hpku", jawab Silvia.

"Eciee, di SMS Dico.. Hahaha seru nii..", ejek Esty.

"Apaan serunya.. Baca ni SMS, dia bilang dia temannya Dico", kata Silvia geram.

"Hahaha, ooh temannya nii.. Sil Sil.. Pdkt an ni yee..", ejek Esty lagi.

"Eh, aku curiga deh", ujar Silvia.

"Kenapa?", tanya Esty.

"Itu pas aku kasi nope aku ke Dico, kertas yang ada nomor aku tuh dipegang temannya, kalo gasalah sih nama anak itu Gilang. Kemarin aku kenal dia, dia add FB aku", kata Silvia bercerita.

"Acieee.. Silvia nii.. Aduuhh.. Di incer nii", kata Esty mengejek lagi.

"Eh, gue serius tau, jangan jangan dia yang sms gue ni. Tapi yaudahlah belajar lagi", kata Silvia sambil mengalihkan.

"Haha iyaa deh yang kasmaran pikiran curiga sana sini. Hahaha..", canda Esty.

Mereka pun melanjutkan belajar karena diminggu minggu ini banyak sekali ulangan. Silvia yang lumayan mengerti pelajaran matematika dan fisika sering diminta Esty untuk membantu Esty menyelesaikan soal-soal yang Esty tidak mengerti. Sementara itu hp Silvia selalu berdering, kali ini bukanlah SMS namun, pesan di FB. Tertulis dari Gilang Syaputra. Silvia niat menjawab karna penasaran, tapi tiba-tiba saja hp nya lowbath. Dengan terpaksa ia tunda menjawabnya.

Semakin sering chatting antara Silvia dengan Gilang. Dan semakin dalam perkenalan itu. Gilang pun semakin penasaran dan banyak pula yang dia tanyakan. Sementara Silvia yang memang cepat akrab dengan siapa saja hanya bisa menjawab ala kadarnya. Maklumlah, sekilas tentang Silvia yang jarang sekali mempunyai teman akrab cowok. Terlebih lagi Gilang baru dikenalnya kemarin. Mungkin Silvia sudah mengetahui Gilang, karena bagi Silvia tidak susah untuk mengenali seseorang lewat foto dan aslinya.

"Aku penasaran loh Silvia itu yang mana..", ujar Gilang berbohong lagi.

"Ya ampun.. Aku aja tau Gilang, masak Gilang gatau aku", jawab Silvia heran.

"Wow, aku diperhatikan ni. Hahaha", canda Gilang.

"Gimana aku gak tau, dikantin tadi kamu kan sama Dico, aku tau kamu karna disetiap seragam ada namanya", kata Silvia serius.

"Oiya yaa, hahaha. Okedeh aku tau Silvia yang mana, tapi aku masih penasaran aja", kata Gilang melanjutkan.

"Hahaha ya gitulah", kata Silvia.

Mereka terus saja chatting, tampaknya semakin lama semakin dekat. Banyak hal yang mereka bicarakan, mulai dari pelajaran, guru, bahkan sering bertanya apa yang dilakukan sekarang. Dan begitulah, setiap Gilang bertanya, Silvia hanya bisa menjawan seadanya. Silvia tak ingin terlalu dekat dengan cowok yang baru dia kenal ini, mungkin karena satu sekolah yang membuatnya sedikit ragu. Tapi itu semua hanya pikiran Silvia, kenyataannya semua biasa saja. Gilang hanyalah teman chatting, yang saat ini mampu untuk menghilangkan kesuntukan.

Semakin hari semakin dekat saja dan semakin akrab pula chattingan Silvia dan Gilang. Namun, di sekolah Silvia lebih akrab dan dekat denga Dico. Dico yang selalu menghampiri Silvia. Silvia mungkin heran tapi dia tahu, Dico mendekatinya karena kini Silvia akrab dengan Gilang di dunia maya.

Lama kelamaan, Dico pun menjadi keseringan bersama Silvia. Saat acara ekskul hari minggu pun Silvia bersama Dico terus. Dico mempunyai alasan untuk mendekati Silvia, yaitu untuk mengetahui apa-apa saja SMS dan chattingan Gilang. Begitu pula dengan Silvia yang ingin mengetahui siapa dan ada apa dengan Gilang. Mereka pun selalu berdua, dan karena Silvia penasaran, ia menyuruh Dico untuk membalas setiap SMS Gilang. Dan Dico pun berniat untuk ngisengin Gilang.

Berkali-kali Gilang heran membaca SMS yang dikirim Silvia. Kata-katanya terlalu frontal dan terkesan seperti bukan Silvia. Wajar saja SMS-SMS itu adalah SMS dari Dico yang ngerjain Gilang. Awalnya Gilang percaya itu Silvia tapi semakin lama Gilang semakin ragu. Dab akhirnya Dico dan Silvia mengaku telah ngerjain Gilang. Mereka berdua tertawa, sedangkan Gilang kebingungan sendiri. Gilang pun penasaran, kenapa Silvia jadi lebih dekat dengan Dico dan mengapa di hari minggu mereka berdua bersama.

Esoknya, saat istirahat Dico dan Gilang menghampiri Silvia. Silvia sudah menganggap hal ini biasa karena sekarang mereka bertiga akrab. Tapi di sekolah jauh terlihat lebih akrab antara Dico dan Silvia. Sehingga banyak gosip yang beredar bahwa Dico dan Silvia pacaran. Hal tersebut terang-terangan mereka bantah, terutama Dico karena dari awal Dico ingin membantu Gilang untuk dekat dengan Silvia. Lama-lama banyak teman sekelas Dico dan Gilang menghampiri mereka. Dan salah satunya Silvia kenal juga, namanya Ilham. Silvia mengenal Ilham ketika seleksi anggota Osis. Ilham yang doyan ngomong to the point langsung menceritakan kenapa Gilang akhir-akhir ini terus-terusan mengirimi SMS dan chat ke Silvia.

"Gini loh, maksud saya disini sebagai juru bicaranya Gilang yang malu-malu kalo didepan Silvia", kata Ilham.

"Apani maksudnya Ham. Gak ngerti gue..", Silvia bingung.

"Ceritanya gini, aku punya teman di kelas X.F namanya Gilang Syaputra. Dan sepertinya......", cerita Ilham terpotong oleh suara Gilang.

"Eh, gausah gitulah Ham. Gausah percaya yaa Sil. Ilham tuh ceritanya ngawur", kata Gilang gelagapan.

"Eh, lanjut ajalah Ham", kata Silvia penasaran.

"Gini kan, jadinya ada harapan gak untuk Gilang", lanjut Ilham.

"Hah? Apani Han? Gak ngerti.", tanya Silvia yang benar-benar bingung.

"Aduuh, intinya ada perasaan Gilang ke Silvia, jadi pelurunya itu ditangkap engga?? Ada harapan gak ni??", kata Ilham yang langsung tancap gas.

"Gataudeh bingung, masak kamu yang bilang Ham. Hahaha.. Udah deh aku mau ke kelas, udah bel", kata Silvia terburu-buru.

"Oke silahkan," kata Ilham.

Mendengar kata-kata Ilham tadi, Silvia senang dan senyum-senyum sendiri. Tapi dia sendiri juga heran, apa dia punya perasaan juga ke Gilang, mereka kan baru beberapa hari dekatnya. Mungkin perasaan suka itu bisa datang kapan saja walau dari perkenalan yang singkat.

Gisya teman dekat Silvia merasa aneh dengan tingkahlaku Silvia yang sekarang demen banget senyamsenyum sendiri. Gisya sendiri juga sering diceritakan oleh Silvia tentang siapa-siapa saja cowok yang mendekati Silvia. Namun, Gisya juga heran kenapa di sekolah Silvia akrab dengan Dico, sementara Silvia selalu bercerita dekat sama anak X.F yang namanya Gilang.

"Kenapa ni? Senyum aja, barusan ditembak ya?", tanya Gisya.

"Hahaha.. Entahlah Sya.", jawab Silvia.

"Cie, sama siapa? Dico apa Gilang?", tanya Gisya lagi.

"Apaan sih? Gak ada lagi. Malah Ilham yang bilang, katanya mewakili Gilang, bingung deh gue", jawab Silvia sebisanya.

"Yaampun, udah deh, kalo Gilang nembak terima aja, Gilang tuh keliatan lebih serius. Gue tuh sayang sama lo Sil, gue gamau ntar lo salah salah pilih orang, ntar lo kecewa." Ujar Gisya.

"Iya lah Gisya.. Tapi boroboro nembak, ngadap gue aja gak mau. Hahahaha...", kata Silvia.

"Gue tau lo tuh ada perasaan sama Gilang, dari balesan SMS dan Chattingan lo itu, gue tau. Makanya terima aja. Dia kayaknya tipe yang serius.", kata Gisya meyakinkan.

"Iya deh, gue coba ntar sekaligus ngeyakinin perasaan.", jawab Silvia.

Silvia mulai mencoba meyakinkan perasaannya. Karena sepertinya lampu hijau mulai terlihat. Walau sering kali keraguan itu muncul dia mencoba meyakinkan. Meyakinkan seyakin-yakinnya, itulah yang ia upayakan.

Saat pulang sekolah, Dico menghampiri Silvia. Ia mengajak Silvia untuk bertemu dengan Gilang, dengan alasan Gilang yang memanggil katanya mau mengajak untuk mengobrol. Langsung saja Silvia mengikuti Dico ketempat Gilang. Dan mereka berjalan ke tempat Dico hanya berdua, sehingga banyak yang melihat karena keadaan pulang sekolah yang sangat ramai.

"Kalian berdua pacaran ya?", tanya Lia teman ekskul Dico dan Silvia.

"Enggak ah", jawab Dico dan Silvia hampir serentak.

"Kok berdua terus ni? Ngaku deh", tanya Lia penasaran.

"Enggak enggak kami cuma berteman. Silvia dekat sama temen sekelas aku kok Lia..", kata Dico meyakinkan.

"Hah? Oiyadeh.", jawab Lia sambil tersenyum.

"Aneh-aneh ajaya", kata Silvia.

"Iya itulah, gosip ke gosip aja orang tu.", kata Dico.

"Kenapa? Kenapa??", tanya Gilang.

"Eh, gpp kok", jawab Silvia.

"Kenapa? Aku kepo.", Gilang penasaran karena ucapan Dico dan Silvia.

"Itu kata Lia anak X.E, aku sama Silvia pacaran, yaudah kami bantah karna emang gak pacaran", jawab Dico.

"Iya itulah, mentang-mentang cuma jalan dari sana ke sini berdua dibilang pacaran", tambah Silvia.

"Haha iya kalian cocok sih", kata Gilang ragu-ragu.

"Hah? Eh, apa ni ngajak kesini?", tanya Silvia.

"Tanyalah sama Dico, kan dia yang bawa Silvia ke sini", jawab Gilang.

"Tapi kau yang minta. Katanya mau ngobrol-ngobrol sama Silvia.", bantah Dico.

"Apani? Seriuslah? Mau ngobrol apa?", tanya Silvia yang mulai geram.

"Duduklah dulu", kata Dico.

Langsung saja Silvia duduk di samping Dico. Posisi Dico yang berada di tengah-tengah antara Gilang dan Silvia. Awalnya Dico meminta Silvia untuk duduk di tengah, di antara Gilang dan dirinya. Namun, Silvia menolak dengan alasan Silvia cewek yang kurang etis bila duduk diapit dua cowok. Mulailah mereka mengobrol. Dan Dico pun meninggalkan Silvia berdua bersama Gilang, dengan alasan mencari minuman di kantin.

Sementara itu Gilang dan Silvia bercerita-cerita, dan ternyata nasib mereka hampir sama. Malah mereka dua kali tinggal di kota yang sama yakni Medan dan Pekanbaru. Gilang dan Silvia pun tertawa penuh heran, karena teman SD Gilang adalah teman SMP Silvia. Mereka menertawakan nasib mereka yang hampir sama, karena mulai dari Kelas 2 SD sampai Kelas 2 SMP mereka berada di kota Medan tetapi mereka tak pernah berjumpa. Dan sekarang di SMA mereka 1 sekolah di Pekanbaru. Benar-benar kenyataan yang sulit dipercaya.

"Hahaha kok bisa yaa, Silvia ngikut-ngikut ni", ujar Gilang.

"Enak aja, Gilang gak yang ikut-ikut? Hahaha", kata Silvia.

Mereka berdua tertawa terus, dan menceritakan tentang teman-teman yang sama-sama mereka kenal sewaktu bersekolah di Medan. Tapi, Silvia semakin curiga karena Dico tak kembali.

"Kemana ni Dico sama temennya tadi, cari air aja lama", pikir Silvia.

"Udah pulang kali", jawab Gilang.

"Aduh, kalo udah pulang pasti lewat depan kita, toh kalo mau ke gerbang lewat sini", kata Silvia.

"Eh, iya iya, lewat kanting mungkin tuh", pikir Gilang.

"Eh, aku ambil tas dikelas ya, kayaknya dikelas udah gak ada orang, nanti dikunci malah gawat", ujar Silvia.

"Okeoke, ambil lah", kata Gilang.

Silvia pun ke kelas mengambil tas. Dan Silvia terkejut, ternyata Dico dan temannya duduk-duduk di depan kelas Silvia.

"Ooh, kalian disini ya. Bagus banget ninggalin kami berdua.", ungkap Silvia.

"Hahaha, gimana ni?? Udah banyak yang diobrolin? Kami kan gamau ganggu.", kata Dico.

"Yaa gitulah, kami menceritakan teman-teman di Medan.", jawab Silvia.

"Oooh gitu senang kali pasti si Gilang tuh yaa", pikir Dico.

"Udahlah yuk, ke sana tempat si Gilang, sendiri dia", ajak Silvia.

Mereka bertiga pun ke tempat Gilang. Dan Gilang terkejut ternyata Dico dan Gabriel temannya itu belum pulang.

"Gue kira kalian udah pulang, kalian di mana tadi?", tanya Gilang.

"Tadi kami ke kantin trus muter deh, jadinya kami duduk-duduk di depan kelas X.B", jelas Dico.

"Gila ni kalian, pikir udah pulang", kata Gilang.

"Mana mungkin pulang, jelas-jelas motor aku samping kalian", tegas Dico.

"Yaudah ni, pulang kita? Silvia pulang sama siapa? Mau kami anter?", tanya Dico.

"Boleh deh boleh, biar kalian tau rumah aku ya, biar sering nanti kalian main kerumahku.", jawab Silvia.

"Yaudah, aku sama Gabriel, Dico sama Silvia yaa", ujar Gilang.

"Engga, engga, aku sama Gabriel, kau yang sama Silvia.", tolak Dico.

"Emang kau tau dimana rumah Gabriel, udahlah kau sama Silvia", pinta Gilang.

"Meribut eh, udahlah terserah kalian aja", kata Silvia.

"Iya gitu aja, udah ayok Gab, ambil motor", ajak Gilang.

Dan akhirnya mereka pulang, Dico, Gilang dan Gabriel pun mengantar Silvia pulang ke rumahnya. Rumah Silvia tak begitu jauh dari sekolah. Disepanjang jalan, Silvia dan Dico terus bercerita. Dan sebenarnya Dico tak ingin membonceng Silvia karena gosip di sekolah, tapi kali ini tak mengapa karena sekolah sudah sepi hanya tinggal beberapa anak yang les. Silvia pun sebenarnya tak ingin pulang bersama mereka, hanya saja Silvia ingin menunjukkan rumahnya pada teman-teman yang telah akrab denganya.

Sesampainya di rumah, Silvia langsung mandi dan setelah itu meneparkan diri di atas kasur. Tak berapa lama hp Silvia berdering, ada SMS masuk dari Gilang yang isinya "pasti senang ni di bonceng Dico, mesra banget tadi sambil cerita-cerita"

Silvia pun membalas, "engga kok, biasa aja kan temenan, lagian cuma cerita gitu-gitu aja"

"Yakin tuh? Ada nyeritain aku gak?", tanya Gilang.

"Pede banget Gilang, hahaha kami cuma nyeritain gosip tentang kami dan gimana solusi untuk ngebuang gosip itu", jawab Silvia.

"Ooh kirain, gimana tuh solusinya? Jadiin gosip itu kenyataan ya?", tanya Gilang lagi.

"Eh, gila. Ya maksudnya kami jadi jaga jarak manalah mungkin jadiin nyata", jawab Silvia tegas.

"Kan mana tau aja untuk ngilanginnya dibuat sungguhan," ujar Gilang.

Beberapa hari kemudian, Dico dan Silvia pun jaga jarak. Hanya ketika membicarakan Gilang saja mereka dekat lagi. Sementara itu di SMS, Gilang semakin dekat dengan Silvia. Dan itu yang membuat Gilang perasaan mereka semakin dalam. Gilang pun semakin niat ingin mengutarakan perasaannya. Pada waktu yang ditentukan di hari Kamis, 16 Mei 2013 Gilang menyatakan perasaannya itu pada Silvia. Silvia yang ragu langsung menceritakan hal ini pada sahabatnya Gisya. Gisya menjawab, terima saja dia itu keliahatan serius.

Silvia tetap ragu, karena bila mereka pacaran pasti mereka putus. Tapi Gilang meyakinkan, Gilang berkata, "kita jalani aja dulu, sampai mana kita bisa, aku serius sayang sama kamu Sil, aku janji gak akan pernah ngecewain kamu."

Dengan meyakinkan perasaan sendiri, Silvia pun menjawab, "iya aku terima."

Dan mulai saat itu mereka jadian. Mereka berpacaran. Setiap hari mereka selalu bersama. Bahkan pulang sekolah pun, Gilang rela mengantarkan Silvia ke rumahnya.
Mereka seakan menjadi pasangan yang paling mantap di sekolah. Saat istirahat bersama, pulang sekolah bersama. Dan begitu seterusnya.





-bersambung-
@FaridaAisyahS