Selasa, 23 Juli 2013

☀ Taubat Sang Preman ☀

"Kampung Asam Manis, di sanalah aku lahir dan dibesarkan, walaupun aku tak dapat membahagiakan kedua orangtuaku. Aku menjadi seorang preman, preman pasar yang suka memalak dagangan orang lain. Begitu banyak orang yang resah dan takut padaku, terlebih lagi dengan otot dan tubuhku yang tinggi besar. Namun, sebuah kue lapis telah membuatku tobat. Mengapa begitu? Tanda tanya bukan? Begini ceritanya..."

"Gubraaak....!!!!!!"

"Ampun bang, aye belum ade pelanggan satupun bang..."

"Gue gak mau tau, ni hari lu harus setor duit ke gue!!!", kataku mengancam.

"Sumpeh bang, aye belum ade duit bang..", pedagang es dan kue itu memohon.

"Oke, kalo lu emang kagak ade duit, gue ambil dagangan lu sebagai gantinye.."

"Jangan bang, jangan itu dagangan titipan bang.. Ampun bang..",

"Kagak ade cerite lagi, buat semue jangan kayak die, berani lawan gue kagak bagi gue setoran, mati lu semua.." ancamku pada pedagang lainnya.

Semua terdiam karena takut dagangannya aku obrak abrik. Semua pun menyetorkan uang padaku dan aku mengambil es, kue-kue basah dan gorengan. Dalam hatiku, "lumayang buat makan siang entar.."
Di perjalanan menuju tempatku biasa nongkrong, aku melihat di rumah salah satu orang terkaya di Kampung kemalangan. Sepertinya nyonya di rumah itu yang meninggal, aku hanya melihat-lihat. Namun, sanak saudaranya menghampiriku.

"Bang, badan abang kan gede ni, bisa minta tolong gak bang.." kata seorang pemuda yang keluar dari rumah itu, tampaknya dia sudah lama melihatku.

"Tolong ape?? Ada duitnye kagak??"

"Oh ada bang, berapa abang mau??", pemuda itu balik menanyaiku.

"Bener ni?? Eh, tapi tugasnye apaan dulu?? Berat kagak??"

"Enggak bang, cuma minta tolong gali kuburan, tukang gali kuburnya gak ada bang. Bisa enggak bang??"

"Ooh, gali kubur?? Boleh dah boleh, tapi gue mau 250rebu ya.."

"300 pun saya kasih buat abang, asalkan selesainya jam 2 kurang.."

"Waah beres entu"

"Ini DPnya bang, 150 dulu", kata pemuda itu sambil menyodorkan uang panjarnya.

"Oke dah", kataku.

Aku pun pergi ke kuburan yang sudah ditentukan, dan aku mulai menggali. Saat itu masih jam 11 an. Aku terus menggali hingga jam setengah 1 aku merasakan lapar. Seketika aku ingat jika tadi ada es dan kue. Aku langsung memakan semuanya hingga tersisa 1 kue lapis. Ingin ku habiskan namun aku sudah kekenyangan.
Lalu, datanglah seorang anak kecil menghampiriku. Dia tampak kumuh, dekil, gelandangan. Dia memandangi kue lapisku yang tersisa 1.

"Ngape lu??", tanyaku.

"Saye laper bang, boleh bagi gak kuenye", jawabnya.

Karna aku sudah kekenyangan, aku berikan kue lapis itu padanya. Dia tersenyum dan mengucapkan terimakasih.

"Ambil deh, gue udah kenyang.."

"Makasih bang, makasih. Semoga Allah membalas kebaikan abang", kata anak itu lalu ia pergi.

Hari semakin panas, galian kuburan sudah ku selesaikan, tapi rombongan pelayat dan jenazah belum datang. Aku pun akhirnya mengantuk dan aku tertidur.

--------------------

Dalam tidur aku bermimpi aku telah meninggal. Dan hanya sedikit yang mau melayat, dan hanya Pak Ustadz dan anggotanyalah yang mau menguburkanku. Setelah aku dikuburkan, aku merasa dibangkitkan di dalam kuburku. Aku melihat dua cahaya, dan lama kelamaan terlihat dua sosok, yang satu membawa cambuk seperti bersiap ingin mencambuk.

"Hidupmu di dunia sia-sia, kau tak pernah beribadah dan beramal", kata sosok yang tak membawa cambuk.

"Cambuk dia..!!", perintahnya pada sosok yang satu lagi.

"PLAAK.....!!!!!"

"Hah, mengapa tidak mengenaiku cambukannya", gumamku.

Dan aku melihat kue lapis menyelamatkanku. Aku tak tahu mengapa kue lapis itu bisa ada di dalam kuburku.
Sekali lagi sosok itu berkata-kata, "hidupmu hanya mengambil apa yang bukan hakmu. Cambuk dia..!!"

Sosok itu bersiap mencambukku lagi.

"PLAK...!!!", lagi-lagi kue lapis menyelamatkanku.

--------------------

"Woy bang, bangun bang.. Ni sisanya 150 lagi", seseorang membangunkanku.

"Hah.. Iye iye ape?? Ade ape??", aku terbangun dan terkejut.

"Aku masih hidup??", batinku penuh tanya, dan ternyata tadi hanyalah mimpiku saja.

"Eh, si abang bengong, udah siap kan galinya, ini duit sisanya bang", orang itu menyodorkan uang.

"Eh, kagak usah. Gue ikhlas deh nolong lu sekeluarge, ini duit yang tadi, gue kagak usah lu bayar. Makasih ye, gue pamit dulu", pamitku terburu-buru.

"Jiah, si abang tadi maunya dua setengah, aku kasih 300 malah dibalikin. Tapi ya sudahlah, mudah-mudahan kebaikannya Allah saja yang balas" kata pemuda itu.

Aku pun secepatnya pulang, di rumah aku memikirkan tentang mimpiku dan juga kue lapis. Mengapa bisa kue lapis itu menolongku dari cambukan siksaan alam kubur?? Sungguh, tanda tanya bagiku.
Tak lama, aku mengingat anak kecil gelandangan yang kelaparan. Dan aku mengingatnya juga yg berterimakasih dan berdoa karena telah kuberikan kue lapisku. Aku sadar, aku terlalu banyak berbuat dosa dan kesalahan.
Aku menangis, memohon ampun pada Allah, sudah lama aku menjauh dari-Nya. Dan mulai saat itu, aku bertaubat, aku ingin menjadi seorang muslim. Tak lupa aku meminta maaf kepada seluruh pedagang yang sering aku palak. Dan sekarang, aku bekerja sebagai buruh di siang hari dan aku belajar membaca al-qur'an di malam hari.
Begitulah cerita masalalu ku. Mohon ampunlah dan berjanji takkan mengulangi kesalahanmu, karena Allah Maha Pengampun. InsyaAllah, kita dijauhkan dari api neraka.


**************************
"Barangsiapa yang bershodaqoh sebesar kurma dari usaha yang baik, dan Allah tidak menerima kecuali yang baik, Allah akan menerima shodaqoh itu dengan Tangan KananNya kemudian Allah akan memelihara untuk orang yang bershodaqoh itu sebagaimana salah seorang dari kalian memelihara anak unta, sampai tumbuh menjadi sebesar gunung."(H.R alBukhari dan Muslim)




@FaridaAisyahS