Sabtu, 29 Juni 2013

Dongeng Sebelum Tidur : "Oncil Si Kancil"

Di hutan rimba, hiduplah seekor kancil kecil bernama Oncil. Oncil si kancil yang paling lincah, paling pintar dalam segala hal, ia pun mempunyai banyak teman. Teman-temanya pun selalu memujinya. Suatu hari Oncil bertemu dengan teman-temannya, Tupi si tupai, Moca si monyet dan Deri si berang-berang. Mereka berempat adalah sahabat yang selalu bermain bersama.

"Hai, semua.. Kita bermain apa hari ini?", tanya Oncil pada teman-temannya.

"Bagaimana kalau kita berpetualang mengelilingi hutan ini", jawab Tupi si tupai.

"Ide yang bagus", semua menyetujui.

Mereka berempat pun berjalan-jalan menyusuri hutan. Mulai dari pinggiran sungai sampai ke atas bukit. Di sungai mereka bertemu Pak Coco si buaya dan ibu Ducky si bebek. Semuanya tersenyum kepada empat sahabat ini. Terlihat Bubu si bangau yang berada di bawah pohon di tepi sungai terduduk menahan sakit di kakinya.

"Mengapa kamu di sini Bubu?", tanya Moca.

"Aku terjatuh tadi karena terkejut melihat Pak Coco membuka mulutnya", jawab Bubu sambil menahan sakitnya.

Bubu memang suka sekali terkejut, dan sering kali ceroboh.

"Waah.. Kasihan sekali kamu Bubu", kata Tupi.

"Dia kan memang ceroboh dan penakut, untuk apa kasihan sama dia", celetuk Oncil.

"Oncil..!! Kamu tidak boleh begitu", ujar Moca.

"Iya Oncil, Bubu kan lagi kesusahan", tambah Deri.

"Hahaha.. Biarkan saja, lebih baik kita lanjutkan misi kita, daripada melihat si bangau yang ceroboh dan penakut ini", Oncil terus meledek Bubu.

Semuanya terdiam, dan berkatalah Bubu, "iya teman-teman, aku tidak apa-apa, lebih baik kalian pergi bermain saja."

"Tuh, kan.. Ayo kita lanjutkan," kata Oncil merasa tak bersalah.

Tupi, Moca, dan Deri mengikuti Oncil. Mereka hanya terdiam melihat tingkah dan sifat Oncil. Mereka melanjutkan perjalanan menyusuri hutan rimba. Oncil yang lincah memimpin perjalanan, Oncil selalu berada di depan karena ia yang paling cepat.
Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan Vio si kura-kura.

"Hai, teman-teman.. Kalian mau kemana?", sapa Vio.

"Hai, Vio.. Kami bermain, berpetualang menyusuri hutan..", jawab Deri.

"Wah, bolehkah saya ikut?", tanya Vio.

"Hah? Ikut? Memangnya kamu bisa berjalan secepat kami? Kamu kan si lelet", Oncil mengolok Vio.

"Oncil, kamu gak boleh gitu sama Vio. Kita kan bisa berjalan sedikit santai!", ujar Tupi.

"Yasudah, kamu saja yang berjalan santai. Aku, Deri dan Moca duluan", sanggah Oncil.

"Iya, pergi sana. Dasar tukang olok", kata Tupi sedikit marah.

"Sudahlah Tupi.. Maaf ya saya membuat Tupi dan Oncil bertengkar", kata Vio.

"Tidak apa-apa, aku juga tidak suka dengan tukang olok seperti dia", tambah Tupi.

Dan berlanjutlah permainan petualangan Oncil, Deri dan Moca. Dan kali ini tanpa ada Tupi.

"Dia pikir dia siapa, tak lebih dari si tupai cerewet", gerutu Oncil.

"Sudahlah Oncil, kamu juga yang sembarangan mengejek", ujar Deri.

Oncil hanya terdiam. Oncil merasa dirinya yang paling baik, dia yang pintar, jago dan lincah sehingga dia pantas untuk merendahkan yang lainnya. Mereka bertiga terus berjalan, dan tiba-tiba mereka pun merasa lapar. Berhentilah mereka di bawah pohon apel, terlihat banyak sekali buah apel yang telah masak. Karena terlalu tinggi, Moca si monyet yang jago memanjat berinisiatif mengambil beberapa buah apel untuk dirinya, Oncil dan Deri. Mereka bertiga pun memakan buah apel itu. Saat makan, tampak Pipit si burung kecil. Pipit seekor burung yang tak bisa terbang karena cedera di sayap kirinya.

"Eh, ada Pipit si burung yang tak bisa terbang, hahahaha", seru Oncil.

Pipit terdiam dan wajahnya tampak sedih sekali karena perkataan Oncil. Merasa tidak suka dengan perkataan Oncil, Moca marah dan berkata, "Oncil! Kamu tidak boleh selalu menghina teman-teman kita yang lain.. Itu tidak baik.."

"Biar saja, aku tidak peduli.." Jawab Oncil.

"Deri, ayo kita pergi! Tinggalkan saja Moca".

"Dasar tukang olok..!!", gerutu Moca.

"Sudahlah Moca, aku tidak apa-apa. Lebih baik kita bermain daripada kamu marah-marah", kata Pipit.

"Iya Pipit, kita bermain di sana saja bersama Tupi, Vio dan Bubu," kata Moca.

"Baiklah", jawab Pipit.

Sementara itu Oncil melanjutkan permainan petualang hanya bersama Deri. Di setiap perjalanan Oncil selalu menngejek-ejek kedua sahabatnya, Tupi dan Moca. Bubu, Vio dan Pipit juga, Oncil berkata, "gara-gara mereka bertiga, dua sahabat kita hilang."

"Kamu juga sih yang salah, selalu saja mengolok yang lain..", ujar Deri.

"Jadi kamu salahin aku?", Oncil melotot.

"Iya, jelas kamu salah", jawab Deri ragu-ragu dan sedikit tersinggung dengan tatapan Oncil.

"Kamu sama saja seperti mereka, tidak setia pada sahabatnya"

"Apa maksud kamu Oncil?"

"Kamu sama seperti Tupi dan Moca, Deri..", Oncil geram.

"Yasudah, aku pergi saja. Aku tak suka bermain dengan kamu lagi", ucap Deri.

"Iya, pergi saja sana! Aku bisa bermain sendiri", ucap Oncil marah.

Deri lalu pergi mencari teman-temannya yang lain. Sedangkan Oncil terus bermain petualang sendiri, di perjalanan itu Oncil masih saja suka menghina, mengejek dan menolok-olok siapa saja yang ia jumpai.
Akhirnya, tidak ada yang mau bermain dengan Oncil bahkan tidak ada lagi yang mau menyapanya. Oncil mulai gelisah karena selalu bermain sendiri.

Berkatalah si Oncil, "ternyata bermain sendiri sangat membosankan."

"Aku ikut bermain sajalah dengan mereka, pasti mereka mau karena mereka selalu berbuat salah padaku", pikir Oncil.

Oncil pun berlari menghampiri teman-temannya. Ada Tupi, Moca, Deri, Bubu, Vio dan Pipit. Ada juga, bu Ducky, Pak Coco dan Pak Ody si burung hantu.

"Hai semua, aku ikut main ya", sapa Oncil.

"Bermain? Kami tidak suka bermain dengan pengolok seperti kamu Oncil..!", ucap Tupi.

"Aku tidak pernah mengolok, itukan kenyataan..", Oncil membela diri.

"Tetap saja kamu selalu merendahkan kekurangan orang lain, kamu bukan teman kami lagi", Moca menambahkan.

"Tapi itu kan...."

"Sudahlah Oncil, meminta maaflah pada teman-temanmu", ujar Pak Coco.

"Tapi.. Tapi.. Ta.. Tapii..", ucap Oncil terputus.

"Oncil, kekurangan orang lain itu bisa menjadi kelebihan yang tidak kita miliki. Sehingga tidak boleh kita mengoloknya.", nasehat Pak Ody.

"Itu benar sayang. Meminta maaflah pada teman-temanmu, sikap mengejek, mengolok itu tidak baik dan teman-temanmu jadi menjauh", tambah Bu Ducky.

"Iyaa.. Maafkan aku teman-teman aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi", ucap Oncil.

"Maafkan aku yaa Bubu, Vio, Pipit dan teman-teman ku semua", tambahnya.

"Iya Oncil, tidak apa-apa, kami semua memaafkan kamu asalkan kamu tidak mengulanginya lagi", ucap Vio.

"Memaafkan Oncil? Tapi pasti nanti dia mengulanginya lagi", Tupi tidak percaya.

"Tupi, kita hidup harus saling memaafkan, terutama terhadap kesalahan teman kita. Karena setiap diri kita pasti pernah melakukan kesalahan", nasehat Pak Ody lagi.

"Emm.. Baiklah, aku memaafkan Oncil tapi benarkan Oncil tidak mengulanginya lagi??", tanya Tupi memastikan.

"Iyaa Tupi, maafkan aku ya.. Aku benar-benar berjanji tak akan mengulanginya lagi", ucap Oncil.

"Iyaa Oncil, aku juga minta maaf kepada kamu.. Kami semua juga sudah memaafkanmu."

"Terimakasih teman-teman..."

"Sekarang mari kita bermain bersama lagi..", ajak Bubu.

"Iyaa ayoo kita bermain..", serempak semua menjawab.

Dan akhirnya Oncil si kancil tidak mengulangi perbuatannya yang selalu menghina kekurangan teman-temannya. Semua hidup damai, tentram dan selalu bersenang-senang tidak ada permusuhan lagi, dan yang lebih penting semua selalu bersama.


-TAMAT-



@FaridaAisyahS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar