Minggu, 09 Juni 2013

"TAK SEJALAN" -part. 1-

* ADA CINTA.. *



Jarum jam menunjukan pukul 6.30, waktunya untuk silvia pergi ke sekolah karena hari ini hari terpenting untuk dia dan teman-teman sekelasnya. Hari ini, hari Jum'at dan setiap sekolah pasti mengadakan acara ImTaq, kali ini giliran kelas Silvia. Silvia mendapatkan tugas menjadi pembawa acara bersama Ica, karena mereka sedikit mirip dan tingginya pun sama, sehingga mereka berdua dipilih sebagai pembawa acara.

"Duh, Sil.. Deg deg an nii.. Nanti kamu deluan deh yang baca yaa..", kata Ica.

"Yaa ampuun.. Pliz deh Ca.. Gausah segitunya, kan kita berdua", ujar Silvia.

"Iyaa tapi deg deg an tau, gak biasa ni, klo kamu kan sering di depan umum.. ", lanjut Ica.

"Iya iyaa aku bakalan bantuin kamu kok, kita santai, relax gitu, jgn deg deg an muluk, klo perlu minum white coffe.. Haha", kata Silvia sambil bercanda.

"Gausah ngada ngada deh, ntar lagi bel tau", kata Ica gugup.

"Okelah kita keruangan persiapan aja deh, yuk", ajak Silvia.

"Iyaa oke, yuk", balas Ica.

Bel pun berbunyi, waktu yang ditunggu untuk penampilan kelas mereka pun tiba. Banyak sekali yang ingin ditampilkan oleh teman-teman sekelas Silvia, diantaranya Kultum atau ceramah agama, iptek, nasyid, duet, dan tentunya selalu ada kuis. Disetiap penampilan semuanya berharap sukses, tidak memperpanjang atau memperpendek durasi. Namun yang paling penting, mereka semua ingin melebihi penampilan kelas-kelas lain.

Saat acara berlangsung, tampak Gilang memperhatikan Silvia dan Ica. Dia bertanya-tanya siapa sih pembawa acara itu. Gilang pun bertanya-tanya pada teman sekelasnya Dico yang kemungkinan kenal salah satu dari mereka.

"Dic, siapa sih yang sebelah kanan itu?", tanya Gilang.

"Yang mana ni? Bingung kali.", jawab Dico.

"Gila lo, gitu doang bingung, liat tu sisi kanan sisi kiri, masih aja bingung", ujar Gilang keheranan.

"Gini aja deh, biar gampang yang pakai kacamata itu namanya Silvia sebelahnya gue kagak tau", kata Dico.

"Haiya deh", jawab Gilang.

"Gue sih kenal sama Silvia, dia dulu satu ekskul sama gue", tambah Dico.

"Serius lo? Lo kenal banget sm Silvia?", tanya Gilang.

"Iya deh sumpah. Lo naksir dia?", Dico balik tanya.

"Lo bantuin aja gue ya, gue penasaran sama tuh anak", jawab Gilang santai.

"Oke, lo cari aja FB nya Silvia Putri pasti ntar dapet juga," kata Dico.

"Yalah, ntar gue add dia. Tapi serius lo bantu", kata Gilang mendesak.

"Aman itu", kata Dico santai.

Acara ImTaq itu pun usai, semua teman sekelas Silvia bergembira karena banyak guru yang memuji penampilan mereka, terutama penampilan nasyid. Nasyid yang mereka tampilkan itu adalah neo shalawat, terdapat 7 bahasa. Beberapa guru meminta semuanya untuk terus melatih bakat-bakat tersebut agar bisa lebih baik lagi.

Saat pulang sekolah, Gilang sibuk mencari hpnya dan langsung membuka FB mencari-cari nama Silvia Putri. Tak berapa lama kemudian, muncul beberapa nama Silvia Putri. Tetapi Gilang tahu yang mana Silvia karena di FBnya, Silvia mencantumkan nama sekolah. Akun FB itupun langsung saja Gilang add, dan tak berapa lama kemudian langsung di konfirmasi oleh Silvia.
Sekejap saja Gilang langsung mengirim pesan, pastilah Silvia lagi online karena friend request langsung di confirm.

"Thanks dah confirm ya", kata Gilang ramah.

"Iya.. Sama-sama", jawab Silvia.

Dengan tersenyum bangga Gilang melanjutkan chatting tersebut.

"Anak SMAN2 ya?", tanya Gilang.

"Iya, kamu juga ya?", jawab Silvia ramah.

"Ya.. Kelas berapa ya kok aku gak pernah lihat", kata Gilang sedikit berbohong.

"Aku baru kelas 1, kelas X.B, aku yang jadi protokol ImTaq kemarin, kamu kelas berapa?", kata Silvia.

"aku juga kelas 1, tepatnya aku kelas X.F", ujar Gilang.

"Kok gak mirip ya kemarin sama foto FBnya?", tanya Gilang.

"Iya itu karna gak pakai kacamata", jawab Silvia singkat.

Begitulah perkenalan antara Silvia dengan Gilang. Esok harinya Dico menyapa Silvia, dan sering tersenyum ramah dengan Silvia. Silvia keheranan namun dia anggap hal itu biasa, tapi Silvia semakin heran karena Dico meminta nomor handphone Silvia. Silvia yang simple dengan semua keadaan langsung memberikan nomor handphonenya pada Dico tanpa berpikir ulang. Dalam hati Silvia biasa saja namanya juga teman mungkin butuh kabar-kabar karena Dico dan Silvia anggota Osis sekolah.

Sorenya ada SMS masuk di hp Silvia. Nomornya asing dan tidak tersimpan dikontak, mungkin orang iseng. Tapi waktu itu, Silvia membalas SMS tersebut. Memang aneh, hal yang dilakukan Silvia, membalas SMS orang iseng biasanya Silvia tak mau membalasnya. Mungkin akibat dari Dico yang bertanya nomor handphone.

"Ngapain lo Sil? Tampang lo kok heran gitu", tanya Esty teman Silvia yang kebetulan datang kerumah Silvia untuk belajar.

"Engga kok gak papa, cuma ada orang iseng yang SMS, mungkin sih Dico. Soalnya dia tadi tanya nomor hpku", jawab Silvia.

"Eciee, di SMS Dico.. Hahaha seru nii..", ejek Esty.

"Apaan serunya.. Baca ni SMS, dia bilang dia temannya Dico", kata Silvia geram.

"Hahaha, ooh temannya nii.. Sil Sil.. Pdkt an ni yee..", ejek Esty lagi.

"Eh, aku curiga deh", ujar Silvia.

"Kenapa?", tanya Esty.

"Itu pas aku kasi nope aku ke Dico, kertas yang ada nomor aku tuh dipegang temannya, kalo gasalah sih nama anak itu Gilang. Kemarin aku kenal dia, dia add FB aku", kata Silvia bercerita.

"Acieee.. Silvia nii.. Aduuhh.. Di incer nii", kata Esty mengejek lagi.

"Eh, gue serius tau, jangan jangan dia yang sms gue ni. Tapi yaudahlah belajar lagi", kata Silvia sambil mengalihkan.

"Haha iyaa deh yang kasmaran pikiran curiga sana sini. Hahaha..", canda Esty.

Mereka pun melanjutkan belajar karena diminggu minggu ini banyak sekali ulangan. Silvia yang lumayan mengerti pelajaran matematika dan fisika sering diminta Esty untuk membantu Esty menyelesaikan soal-soal yang Esty tidak mengerti. Sementara itu hp Silvia selalu berdering, kali ini bukanlah SMS namun, pesan di FB. Tertulis dari Gilang Syaputra. Silvia niat menjawab karna penasaran, tapi tiba-tiba saja hp nya lowbath. Dengan terpaksa ia tunda menjawabnya.

Semakin sering chatting antara Silvia dengan Gilang. Dan semakin dalam perkenalan itu. Gilang pun semakin penasaran dan banyak pula yang dia tanyakan. Sementara Silvia yang memang cepat akrab dengan siapa saja hanya bisa menjawab ala kadarnya. Maklumlah, sekilas tentang Silvia yang jarang sekali mempunyai teman akrab cowok. Terlebih lagi Gilang baru dikenalnya kemarin. Mungkin Silvia sudah mengetahui Gilang, karena bagi Silvia tidak susah untuk mengenali seseorang lewat foto dan aslinya.

"Aku penasaran loh Silvia itu yang mana..", ujar Gilang berbohong lagi.

"Ya ampun.. Aku aja tau Gilang, masak Gilang gatau aku", jawab Silvia heran.

"Wow, aku diperhatikan ni. Hahaha", canda Gilang.

"Gimana aku gak tau, dikantin tadi kamu kan sama Dico, aku tau kamu karna disetiap seragam ada namanya", kata Silvia serius.

"Oiya yaa, hahaha. Okedeh aku tau Silvia yang mana, tapi aku masih penasaran aja", kata Gilang melanjutkan.

"Hahaha ya gitulah", kata Silvia.

Mereka terus saja chatting, tampaknya semakin lama semakin dekat. Banyak hal yang mereka bicarakan, mulai dari pelajaran, guru, bahkan sering bertanya apa yang dilakukan sekarang. Dan begitulah, setiap Gilang bertanya, Silvia hanya bisa menjawan seadanya. Silvia tak ingin terlalu dekat dengan cowok yang baru dia kenal ini, mungkin karena satu sekolah yang membuatnya sedikit ragu. Tapi itu semua hanya pikiran Silvia, kenyataannya semua biasa saja. Gilang hanyalah teman chatting, yang saat ini mampu untuk menghilangkan kesuntukan.

Semakin hari semakin dekat saja dan semakin akrab pula chattingan Silvia dan Gilang. Namun, di sekolah Silvia lebih akrab dan dekat denga Dico. Dico yang selalu menghampiri Silvia. Silvia mungkin heran tapi dia tahu, Dico mendekatinya karena kini Silvia akrab dengan Gilang di dunia maya.

Lama kelamaan, Dico pun menjadi keseringan bersama Silvia. Saat acara ekskul hari minggu pun Silvia bersama Dico terus. Dico mempunyai alasan untuk mendekati Silvia, yaitu untuk mengetahui apa-apa saja SMS dan chattingan Gilang. Begitu pula dengan Silvia yang ingin mengetahui siapa dan ada apa dengan Gilang. Mereka pun selalu berdua, dan karena Silvia penasaran, ia menyuruh Dico untuk membalas setiap SMS Gilang. Dan Dico pun berniat untuk ngisengin Gilang.

Berkali-kali Gilang heran membaca SMS yang dikirim Silvia. Kata-katanya terlalu frontal dan terkesan seperti bukan Silvia. Wajar saja SMS-SMS itu adalah SMS dari Dico yang ngerjain Gilang. Awalnya Gilang percaya itu Silvia tapi semakin lama Gilang semakin ragu. Dab akhirnya Dico dan Silvia mengaku telah ngerjain Gilang. Mereka berdua tertawa, sedangkan Gilang kebingungan sendiri. Gilang pun penasaran, kenapa Silvia jadi lebih dekat dengan Dico dan mengapa di hari minggu mereka berdua bersama.

Esoknya, saat istirahat Dico dan Gilang menghampiri Silvia. Silvia sudah menganggap hal ini biasa karena sekarang mereka bertiga akrab. Tapi di sekolah jauh terlihat lebih akrab antara Dico dan Silvia. Sehingga banyak gosip yang beredar bahwa Dico dan Silvia pacaran. Hal tersebut terang-terangan mereka bantah, terutama Dico karena dari awal Dico ingin membantu Gilang untuk dekat dengan Silvia. Lama-lama banyak teman sekelas Dico dan Gilang menghampiri mereka. Dan salah satunya Silvia kenal juga, namanya Ilham. Silvia mengenal Ilham ketika seleksi anggota Osis. Ilham yang doyan ngomong to the point langsung menceritakan kenapa Gilang akhir-akhir ini terus-terusan mengirimi SMS dan chat ke Silvia.

"Gini loh, maksud saya disini sebagai juru bicaranya Gilang yang malu-malu kalo didepan Silvia", kata Ilham.

"Apani maksudnya Ham. Gak ngerti gue..", Silvia bingung.

"Ceritanya gini, aku punya teman di kelas X.F namanya Gilang Syaputra. Dan sepertinya......", cerita Ilham terpotong oleh suara Gilang.

"Eh, gausah gitulah Ham. Gausah percaya yaa Sil. Ilham tuh ceritanya ngawur", kata Gilang gelagapan.

"Eh, lanjut ajalah Ham", kata Silvia penasaran.

"Gini kan, jadinya ada harapan gak untuk Gilang", lanjut Ilham.

"Hah? Apani Han? Gak ngerti.", tanya Silvia yang benar-benar bingung.

"Aduuh, intinya ada perasaan Gilang ke Silvia, jadi pelurunya itu ditangkap engga?? Ada harapan gak ni??", kata Ilham yang langsung tancap gas.

"Gataudeh bingung, masak kamu yang bilang Ham. Hahaha.. Udah deh aku mau ke kelas, udah bel", kata Silvia terburu-buru.

"Oke silahkan," kata Ilham.

Mendengar kata-kata Ilham tadi, Silvia senang dan senyum-senyum sendiri. Tapi dia sendiri juga heran, apa dia punya perasaan juga ke Gilang, mereka kan baru beberapa hari dekatnya. Mungkin perasaan suka itu bisa datang kapan saja walau dari perkenalan yang singkat.

Gisya teman dekat Silvia merasa aneh dengan tingkahlaku Silvia yang sekarang demen banget senyamsenyum sendiri. Gisya sendiri juga sering diceritakan oleh Silvia tentang siapa-siapa saja cowok yang mendekati Silvia. Namun, Gisya juga heran kenapa di sekolah Silvia akrab dengan Dico, sementara Silvia selalu bercerita dekat sama anak X.F yang namanya Gilang.

"Kenapa ni? Senyum aja, barusan ditembak ya?", tanya Gisya.

"Hahaha.. Entahlah Sya.", jawab Silvia.

"Cie, sama siapa? Dico apa Gilang?", tanya Gisya lagi.

"Apaan sih? Gak ada lagi. Malah Ilham yang bilang, katanya mewakili Gilang, bingung deh gue", jawab Silvia sebisanya.

"Yaampun, udah deh, kalo Gilang nembak terima aja, Gilang tuh keliatan lebih serius. Gue tuh sayang sama lo Sil, gue gamau ntar lo salah salah pilih orang, ntar lo kecewa." Ujar Gisya.

"Iya lah Gisya.. Tapi boroboro nembak, ngadap gue aja gak mau. Hahahaha...", kata Silvia.

"Gue tau lo tuh ada perasaan sama Gilang, dari balesan SMS dan Chattingan lo itu, gue tau. Makanya terima aja. Dia kayaknya tipe yang serius.", kata Gisya meyakinkan.

"Iya deh, gue coba ntar sekaligus ngeyakinin perasaan.", jawab Silvia.

Silvia mulai mencoba meyakinkan perasaannya. Karena sepertinya lampu hijau mulai terlihat. Walau sering kali keraguan itu muncul dia mencoba meyakinkan. Meyakinkan seyakin-yakinnya, itulah yang ia upayakan.

Saat pulang sekolah, Dico menghampiri Silvia. Ia mengajak Silvia untuk bertemu dengan Gilang, dengan alasan Gilang yang memanggil katanya mau mengajak untuk mengobrol. Langsung saja Silvia mengikuti Dico ketempat Gilang. Dan mereka berjalan ke tempat Dico hanya berdua, sehingga banyak yang melihat karena keadaan pulang sekolah yang sangat ramai.

"Kalian berdua pacaran ya?", tanya Lia teman ekskul Dico dan Silvia.

"Enggak ah", jawab Dico dan Silvia hampir serentak.

"Kok berdua terus ni? Ngaku deh", tanya Lia penasaran.

"Enggak enggak kami cuma berteman. Silvia dekat sama temen sekelas aku kok Lia..", kata Dico meyakinkan.

"Hah? Oiyadeh.", jawab Lia sambil tersenyum.

"Aneh-aneh ajaya", kata Silvia.

"Iya itulah, gosip ke gosip aja orang tu.", kata Dico.

"Kenapa? Kenapa??", tanya Gilang.

"Eh, gpp kok", jawab Silvia.

"Kenapa? Aku kepo.", Gilang penasaran karena ucapan Dico dan Silvia.

"Itu kata Lia anak X.E, aku sama Silvia pacaran, yaudah kami bantah karna emang gak pacaran", jawab Dico.

"Iya itulah, mentang-mentang cuma jalan dari sana ke sini berdua dibilang pacaran", tambah Silvia.

"Haha iya kalian cocok sih", kata Gilang ragu-ragu.

"Hah? Eh, apa ni ngajak kesini?", tanya Silvia.

"Tanyalah sama Dico, kan dia yang bawa Silvia ke sini", jawab Gilang.

"Tapi kau yang minta. Katanya mau ngobrol-ngobrol sama Silvia.", bantah Dico.

"Apani? Seriuslah? Mau ngobrol apa?", tanya Silvia yang mulai geram.

"Duduklah dulu", kata Dico.

Langsung saja Silvia duduk di samping Dico. Posisi Dico yang berada di tengah-tengah antara Gilang dan Silvia. Awalnya Dico meminta Silvia untuk duduk di tengah, di antara Gilang dan dirinya. Namun, Silvia menolak dengan alasan Silvia cewek yang kurang etis bila duduk diapit dua cowok. Mulailah mereka mengobrol. Dan Dico pun meninggalkan Silvia berdua bersama Gilang, dengan alasan mencari minuman di kantin.

Sementara itu Gilang dan Silvia bercerita-cerita, dan ternyata nasib mereka hampir sama. Malah mereka dua kali tinggal di kota yang sama yakni Medan dan Pekanbaru. Gilang dan Silvia pun tertawa penuh heran, karena teman SD Gilang adalah teman SMP Silvia. Mereka menertawakan nasib mereka yang hampir sama, karena mulai dari Kelas 2 SD sampai Kelas 2 SMP mereka berada di kota Medan tetapi mereka tak pernah berjumpa. Dan sekarang di SMA mereka 1 sekolah di Pekanbaru. Benar-benar kenyataan yang sulit dipercaya.

"Hahaha kok bisa yaa, Silvia ngikut-ngikut ni", ujar Gilang.

"Enak aja, Gilang gak yang ikut-ikut? Hahaha", kata Silvia.

Mereka berdua tertawa terus, dan menceritakan tentang teman-teman yang sama-sama mereka kenal sewaktu bersekolah di Medan. Tapi, Silvia semakin curiga karena Dico tak kembali.

"Kemana ni Dico sama temennya tadi, cari air aja lama", pikir Silvia.

"Udah pulang kali", jawab Gilang.

"Aduh, kalo udah pulang pasti lewat depan kita, toh kalo mau ke gerbang lewat sini", kata Silvia.

"Eh, iya iya, lewat kanting mungkin tuh", pikir Gilang.

"Eh, aku ambil tas dikelas ya, kayaknya dikelas udah gak ada orang, nanti dikunci malah gawat", ujar Silvia.

"Okeoke, ambil lah", kata Gilang.

Silvia pun ke kelas mengambil tas. Dan Silvia terkejut, ternyata Dico dan temannya duduk-duduk di depan kelas Silvia.

"Ooh, kalian disini ya. Bagus banget ninggalin kami berdua.", ungkap Silvia.

"Hahaha, gimana ni?? Udah banyak yang diobrolin? Kami kan gamau ganggu.", kata Dico.

"Yaa gitulah, kami menceritakan teman-teman di Medan.", jawab Silvia.

"Oooh gitu senang kali pasti si Gilang tuh yaa", pikir Dico.

"Udahlah yuk, ke sana tempat si Gilang, sendiri dia", ajak Silvia.

Mereka bertiga pun ke tempat Gilang. Dan Gilang terkejut ternyata Dico dan Gabriel temannya itu belum pulang.

"Gue kira kalian udah pulang, kalian di mana tadi?", tanya Gilang.

"Tadi kami ke kantin trus muter deh, jadinya kami duduk-duduk di depan kelas X.B", jelas Dico.

"Gila ni kalian, pikir udah pulang", kata Gilang.

"Mana mungkin pulang, jelas-jelas motor aku samping kalian", tegas Dico.

"Yaudah ni, pulang kita? Silvia pulang sama siapa? Mau kami anter?", tanya Dico.

"Boleh deh boleh, biar kalian tau rumah aku ya, biar sering nanti kalian main kerumahku.", jawab Silvia.

"Yaudah, aku sama Gabriel, Dico sama Silvia yaa", ujar Gilang.

"Engga, engga, aku sama Gabriel, kau yang sama Silvia.", tolak Dico.

"Emang kau tau dimana rumah Gabriel, udahlah kau sama Silvia", pinta Gilang.

"Meribut eh, udahlah terserah kalian aja", kata Silvia.

"Iya gitu aja, udah ayok Gab, ambil motor", ajak Gilang.

Dan akhirnya mereka pulang, Dico, Gilang dan Gabriel pun mengantar Silvia pulang ke rumahnya. Rumah Silvia tak begitu jauh dari sekolah. Disepanjang jalan, Silvia dan Dico terus bercerita. Dan sebenarnya Dico tak ingin membonceng Silvia karena gosip di sekolah, tapi kali ini tak mengapa karena sekolah sudah sepi hanya tinggal beberapa anak yang les. Silvia pun sebenarnya tak ingin pulang bersama mereka, hanya saja Silvia ingin menunjukkan rumahnya pada teman-teman yang telah akrab denganya.

Sesampainya di rumah, Silvia langsung mandi dan setelah itu meneparkan diri di atas kasur. Tak berapa lama hp Silvia berdering, ada SMS masuk dari Gilang yang isinya "pasti senang ni di bonceng Dico, mesra banget tadi sambil cerita-cerita"

Silvia pun membalas, "engga kok, biasa aja kan temenan, lagian cuma cerita gitu-gitu aja"

"Yakin tuh? Ada nyeritain aku gak?", tanya Gilang.

"Pede banget Gilang, hahaha kami cuma nyeritain gosip tentang kami dan gimana solusi untuk ngebuang gosip itu", jawab Silvia.

"Ooh kirain, gimana tuh solusinya? Jadiin gosip itu kenyataan ya?", tanya Gilang lagi.

"Eh, gila. Ya maksudnya kami jadi jaga jarak manalah mungkin jadiin nyata", jawab Silvia tegas.

"Kan mana tau aja untuk ngilanginnya dibuat sungguhan," ujar Gilang.

Beberapa hari kemudian, Dico dan Silvia pun jaga jarak. Hanya ketika membicarakan Gilang saja mereka dekat lagi. Sementara itu di SMS, Gilang semakin dekat dengan Silvia. Dan itu yang membuat Gilang perasaan mereka semakin dalam. Gilang pun semakin niat ingin mengutarakan perasaannya. Pada waktu yang ditentukan di hari Kamis, 16 Mei 2013 Gilang menyatakan perasaannya itu pada Silvia. Silvia yang ragu langsung menceritakan hal ini pada sahabatnya Gisya. Gisya menjawab, terima saja dia itu keliahatan serius.

Silvia tetap ragu, karena bila mereka pacaran pasti mereka putus. Tapi Gilang meyakinkan, Gilang berkata, "kita jalani aja dulu, sampai mana kita bisa, aku serius sayang sama kamu Sil, aku janji gak akan pernah ngecewain kamu."

Dengan meyakinkan perasaan sendiri, Silvia pun menjawab, "iya aku terima."

Dan mulai saat itu mereka jadian. Mereka berpacaran. Setiap hari mereka selalu bersama. Bahkan pulang sekolah pun, Gilang rela mengantarkan Silvia ke rumahnya.
Mereka seakan menjadi pasangan yang paling mantap di sekolah. Saat istirahat bersama, pulang sekolah bersama. Dan begitu seterusnya.





-bersambung-
@FaridaAisyahS



Tidak ada komentar:

Posting Komentar